Laporan Perkembangan Inflasi Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Agustus 2018

 25 September 2018

Pada Agustus 2018 tren penurunan inflasi di Jakarta masih berlanjut. Lebih rendahnya beberapa komoditas di Ibukota, terutama bahan makanan menjadi faktor pemicu utama kondisi tersebut. Inflasi Jakara pada Agustus 2018 tercatat sebesar 0,03% (mtm). Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Agustus dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 0,22% (mtm). Jika dibandingkan dengan nasional, tekanan inflasi di Jakarta lebih tinggi, mengingat nasional saat ini mengalami deflasi 0,05% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif sejak awal tahun 2018, inflasi Jakarta hingga Agustus 2018 baru mencapai 2,20% (ytd), dan secara tahunan mencapai 3,06% (yoy), relatif masih terkendali dan masih sejalan dengan target inflasi nasional tahun 2018 sebesar 3,5% ±1%.

 

Mencermati perkembangan harga-harga terkini di Jakarta, inflasi bulan September diperkirakan tetap terkendali. Risiko pangan, dampak dari kekeringan yang terjadi di beberapa sentra produksi beras telah diantisipasi oleh TPID Jakarta. Bersama dengan BUMD pangan, dan instansi terkait. TPID Jakarta meningkatkan koordinasi untuk memperkuat managemen stok pangan, terutama beras. Di samping itu, harga-harga aneka bumbu kini dalam tren menurun, termasuk juga harga telur ayam dan daging ayam ras. Berbagai perkembangan tersebut mengindikasikan bahwa tekanan inflasi kelompok pangan, yang memiliki bobot cukup besar, relatif terkendali, yang akan berdampak pada terjaganya inflasi secara umum. Risiko yang masih terus dicermati adalah perkembangan harga bahan bakar minyak (BBM) internasional, dan berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah, terutama dampaknya terhadap penyesuaian harga energi dan transportasi, terutama tarif angkutan udara, serta komoditas-komoditas lain yang memiliki kandungan impor.

1. Secara bulanan, inflasi IHK Agustus 2018 tercatat sebesar 0,03% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya. Level tersebut hanya sedikit lebih tinggi dari perkiraan awal yang sebesar 0,02% (mtm), atau dapat dikatakan masih sejalan. Capaian inflasi Agustus 2017 juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi Agustus dalam tiga tahun terakhir yaitu sebesar 0,22% (mtm). Bila dibandingkan dengan nasional, tekanan inflasi Jakarta masih lebih tinggi. Pada periode ini, nasional mengalami deflasi 0,05% (mtm). Inflasi yang terjadi pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Jakarta, sementara nasional justru mengalami deflasi, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lebih tingginya tekan inflasi di Jakarta dibandingkan dengan nasional. Hingga Agustus 2018, secara kumulatif, inflasi Jakarta baru mencapai 2,20% (ytd).

Kelompok Bahan Makanan pada bulan Agustus 2018 mengalami deflasi, dan menjadi faktor utama yang membawa inflasi Jakarta melanjutkan tren penurunan laju inflasi. Pada bulan Agustus 2018 kelompok Bahan Makanan mencatat deflasi 1,26% (mtm). Penyebab utama yaitu deflasi pada sub-kelompok bumbu-bumbuan sebesar 3,33% (mtm), yang dipicu oleh turunnya harga komoditas bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit. Pasokan yang berlimpah dibandingkan dengan permintaan yang ada menyebabkan komoditas-komoditas tersebut mengalami penurunan harga. Deflasi juga terjadi pada sub-kelompok daging dan hasil-hasilnya, yaitu sebesar 3,11% (mtm). Turunnya indeks harga sub-kelompok Daging dan Hasil-hasilnya, terutama disebabkan lebih rendahnya harga daging ayam ras dan daging sapi. Puncak panen peternak ayam ras di daerah sentra, terutama Jawa Tengah, pada minggu terakhir Juli 2018 menyebabkan pasokan daging ayam ras sepanjang Agustus 2018 ke Jakarta meningkat, sehingga mampu merespons dengan baik permintaan masyarakat. Sama halnya dengan daging ayam, relatif rendahnya permintaan daging sapi oleh masyarakat, di tengah stok yang cukup banyak, menjadi faktor penyebab turunnya harga daging sapi. Dari sisi perilaku, secara umum masyarakat Jakarta cenderung menyukai konsumsi daging ayam ras daripada daging sapi. Masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging ayam dari pada daging sapi, ketika harga daging ayam bergerak semakin rendah. Faktor lain yang menyebabkan turunnya indeks kelompok Bahan Makanan yaitu deflasi yang terjadi pada subkelompok Telur, Susu dan Hasil-hasilnya; Lemak dan Minyak; serta Buah-buahan. Masing-masing subkelompok tersebut mengalami deflasi sebesar, 2,14%, 097%, dan 0,13% (mtm).

? Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mencatat inflasi 0,34% (mtm) dan menyumbang sebesar 0,05% dalam pembentukan inflasi Jakarta Agustus 2018. Inflasi tertinggi terjadi pada sub-kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol yaitu sebesar 0,73% (mtm).

Meningkatnya kunjungan Wisman sepanjang Agustus 2018, antara lain terkait penyelenggaraan Asian Games, diperkirakan menjadi pendorong meningkatnya konsumsi tembakau dan minuman beralkohol. Selain karena meningkatnya permintaan, inflasi yang terjadi pada rokok juga disebabkan meningkatnya harga rokok kretek dan rokok kretek filter secara bertahap terkait penyesuaian cukai rokok oleh pemerintah pada awal tahun 2018.

Indeks harga sub-kelompok Makanan Jadi meningkat 0,31% (mtm) dan sumbangannya terhadap inflasi Jakarta Agustus 2018 tercatat sebesar 0,03%. Komoditas yang menyebabkan inflasi pada sub-kelompok Makanan Jadi terutama kenaikan harga komoditas kue kering berminyak, yang memberikan sumbangan terhadap inflasi IHK sebesar 0,01%. Selain kue kering bermnyak, inflasi sub-kelompok makanan jadi, juga disebabkan kenaikan harga makanan basah. Inflasi sub-kelompok Minuman Tidak Beralkohol, merupakan yang terendah dalam Kelmpok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Pada Agustus 2018 sub-kelompok ini mengalami inflasi 0,08% (mtm) dan sumbangannya terhadap inflasi IHK Jakarta sangat kecil atau tidak signifikan memengaruhi pergerakan inflasi IHK. Inflasi yang terjadi pada sub-kelompok Minuman Tidak Beralkohol disebabkan naiknya harga es krim, kopi bubuk dan sirop.

? Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm), dan menyumbang sebesar 0,05% pembentukan inflasi IHK. Sub-kelompok Perlengkapan Rumah Tangga merupakan pendorong utama inflasi pada kelompok ini. Inflasi Sub-kelompok Perlengkapan Rumah Tangga pada Agustus 2018 sebesar 1,06% (mtm), dan berkontribusi terhadap inflasi IHK sebesar 0,03%. Penyebab inflasi pada sub-kelompok Perlengkapan rumah tangga adalah kenaikan harga pada komoditas lemari pakaian yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,01%. Kenaikan biaya material bangunan antara lain batu bata, menjadi faktor penyebab inflasi pada sub-kelompok Biaya Tempat Tinggal. Inflasi sub-Kekompok biaya tempat tinggal pada bulan Agustus 2018 sebesar 0,06% (mtm), dan memberikan kontribusi terhadap inflasi IHK sebesar 0,01%. Sub-kelompok penyelenggaraan rumah tangga mencatat inflasi 0,19% (mtm) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi IHK sebesar 0,01%. Pendorong inflasiterutama kenaikan harga komoditas pelembut atau pewangi pakaian. Sementara itu, sub-kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air mengalami inflasi 0,03% (mtm). Inflasi yang terjadi pada sub-kelompok tersebut tidak signifikan memberikan dampak terhadap perkembangan inflasi IHK. Kenaikan harga pada komoditas-komoditas dalam sub-kelompok ini seperti alat-alat listrik, batu baterai dan lampu TL terlalu kecil untuk memengaruhi pergerakan inflasi IHK.

? Inflasi pada kelompok Sandang pada Agustus 2018 sebesar 0,21% (mtm) dan memberi sumbangan terhadap inflasi IHK sebesar 0,02%. Inflasi yang terjadi pada sub-kelompok Sandang Anak-anak merupakan pendorong utama terjadinya inflasi pada kelompok sandang. Inflasi sub- kelompok Sandang Anak-anak sebesar 0,99% (mtm), dengan kontribusi terhadap inflasi IHK sebesar 0,01%. Naiknya harga sepatu dan baju seragam merupakan beberapa komoditas yang menyebabkan inflasi pada sub-kelompok Sandang Anak-anak. Bulan Agustus masih merupakan periode tahun ajaran baru. Pada periode ini permintaan terkait dengan pemenuhan kebutuhan sekolah anak cenderung meningkat, yang kemudian mendorong kenaikan harga. Peran Sub- kelompok lainnya relatif kecil terhadap inflasi IHK. Sub-kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain bahkan mencatat inflasi negatif. Turunnya harga emas perhiasan di Jakarta menjadi salah satu faktor pendorong deflasi yang terjadi pada Sub-kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lainnya.

? Perkembangan harga-harga pada kelompok Kesehatan relatif stabil. Pada Agustus 2018, inflasi kelompok Kesehatan sebesar 0,18% (mtm) dan memberikan kontribusi terhadap inflasi IHK sebesar 0,01%. Hanya sub-kelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetik yang mengalami inflasi pada Agustus 2018, yaitu sebesar 0,49% (mtm) dengan sumbangan kepada inflasi IHK sebesar 0,01%. Inflasi pada sub kelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetik disebabkan naiknya harga hand body lotion. Harga-harga komoditas pada Sub-kelompok lain dalam kelompok Kesehatan relatif stabil pada Agustus 2018, atau tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan kondisi Juli 2018.

? Perkembangan harga pada kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga pada Agustus 2018 relatif stabil. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini relatif kecil dan tidak berdampak pada perkembangan inflasi IHK Agustus 2018. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat terhadap komoditas-komoditas pada kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga terjadi pada periode libur panjang sekolah yaitu pada Juli lalu. Pada bulan Agustus kegiatan konsumsi masyarakat untuk komoditas-komoditas dalam kelompok ini sudah banyak berkurang, sehingga tidak lagi ada insentif untuk menaikan harga bagi pelaku usaha terkait pendidikan, rekreasi dan olahraga.

? Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan merupakan faktor penyebab tertahannya laju penurunan inflasi di Jakarta. Pada Agustus 2018 kelompok tersebut mencatat inflasi sebesar 0,48% (mtm), sehingga memberikan kontribusi terhadap pembentukan inflasi IHK Agustus 2018 sebesar 0.11%. Capaian inflasi kelompok ini pada Agustus 2018 merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2018. Naiknya indeks sub-kelompok Transpor sebesar 0,82% (mtm) merupakan penyebab utama terjadinya inflasi, yang dipicu oleh naiknya tarif angkutan udara. Adanya long weekend terkait perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan hari besar keagamaan yaitu Idul Adha, menjadi salah satu faktor yang mendorong meningkatnya permintaan jasa layanan transportasi udara, yang akhirnya mendorong naiknya tarif angkutan udara. Perhelatan Asian Games yang terjadi di Jakarta dan Palembang pada bulan Agustus ditengarai juga menjadi faktor pemicu meningkatnya tarif tiket pesawat, dari dan menuju kedua kota tersebut. Selain itu, tren meningkatnya harga minyak dunia diperkirakan telah memengaruhi struktur biaya bisnis penerbangan, terutama biaya bahan bakar (avtur). Menyikapi hal ini maskapai penerbangan cenderung membatasi penjualan tiket dengan harga terendah untuk melakukan penyeimbangan terhadap kenaikan biaya operasional. Sebagai dampaknya, secara rata-rata harga tiket menjadi naik. Perkembangan harga-harga komoditas di dalam sub-sub kelompok lainnya relatif stabil, sehingga tidak memengaruhi perkembangan inflasi IHK.

2. Secara tahunan, pergerakan harga-harga pada bulan Agustus relatif terkendali. Kondisi ini tercermin dari lebih rendahnya tekanan inflasi pada Agustus 2018 dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode yang sama dalam tiga tahun terakhir. Perkembangan ini terjadi pada semua kategori inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran. Dibandingkan dengan kelompok pengeluaran lainnya, tekanan inflasi terendah terjadi pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Kondisi ini terjadi karena dampak inflasi dari aktivitas konsumsi masyarakat dalam rangka merayakan Lebaran

pada Agustus 2018 lebih kecil dibandingkan dengan periode Agustus tiga tahun sebelumnya. Sementara itu, tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau. Perkembangan ini terutama dipicu oleh adanya event khusus yang tidak terjadi pada bulan Agustus tahun-tahun sebelumnya, yaitu perhelatan Asian Games di Jakarta. Kehadiran wisatawan asing dalam waktu yang bersamaan dan dalam jumlah besar mendongkrak aktivitas konsumsi masyarakat, yang terkait erat dengan kepariwisataan. Salah satu kegiatan konsumsi yang sangat erat dengan wisatawan adalah kuliner. Dengan meningkatnya permintaan, maka harga-harga akan terdorong naik, dalam hal ini harga-harga komoditas yang erat kaitannya dengan wisatawan, yaitu makanan dan minuman. Di samping itu perkembangan nilai tukar rupiah juga turut memengaruhi harga barang-barang konsumsi dalam kelompok pengeluaran ini yang memiliki kandungan impor.

3. Untuk dapat terus mengawal kinerja inflasi di Provinsi DKI Jakarta, Tim Pengendalian Inflasi Daerat (TPID) Provinsi DKI Jakarta terus menguatkan koordinasi antarinstansi, dan berinovasi untuk dapat menyeimbangkan suplai dan permintaan masyarakat Jakarta akan barang dan jasa. Pengamanan stok pangan dilakukan dengan terus menguatkan manajemen stok bahan pangan. Data pasokan dipantau harian dan dianalisis untuk dapat diketahui perilaku suplainya. Kegiatan ini penting dilakukan untuk dapat menetapkan strategi pengadaan dan mengadakan kerjasama antardaerah.

Upaya ini juga dilengkapi dengan melakukan riset market intelligence untuk dapat memetakan sumber-sumber pasokan pangan untuk DKI Jakarta. Kegiatan yang dilakukan TPID dalam pengendalian Inflasi di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Agustus 2018 adalah sebagai berikut:

? Melakukan audensi kepada Kepala Divre Bulog DKI Jakarta – Banten pada tanggal 21 Agustus 2018. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menindaklanjuti permohonan standby stock beras, sebagai langkah antisipasi ketika di pasar terjadi kekuarangan pasokan. Kegiatan ini juga merupakan langka antisipatif menghadapi musim kering yang akan memengaruhi hasil produksi beras dari sentra-sentra produksi beras.

? Rapat koordinasi TPID Jakarta dengan SKPD dan BUMD pangan dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2018 untuk menetapkan strategi menghadapi musim kemarau, di samping pertemuan tim teknis rutin yang dilakukan setiap minggu untuk memantau perkembangan harga-harga dan pasokan bahan pangan di Jakarta.

? Operasi pasar dalam rangka pengendalian harga dilakukan berkoordinasi dengan BUMD, Kementerian Perdagangan dan Bulog.

? Terkait pengaman pasokan kebutuhan pangan Jakarta, TPID Jakarta kini tidak hanya fokus pada komoditas beras, tetapi juga mulai menangani komoditas lain yang kerap menjadi pengganggu kinerja inflasi di Jakarta seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan hasil tanaman hortikultura. Kerjasama antardaerah untuk mengembangkan rantai pasokan terus diupayakan oleh TPID Jakarta, dengan mengedepankan mekanis business to business.

4. Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, inflasi Jakarta bulan September 2018 diperkirakan tetap terkendali. Risiko pasokan pangan, akibat kekeringan yang terjadi di beberapa daerah produksi, diperkirakan tidak memengaruhi secara signifikan pasokan beras untuk kebutuhan masyarakat Jakarta. Kekeringan tersebut telah diantisipasi oleh TPID Jakarta. TPID Jakarta, melalui BUMD pangan, sudah melakukan peningkatan stok pangan pada saat panen berlangsung dan melakukan pembelian di sentra produksi lain di luar Jawa yang masih mengalami panen. Di samping itu, harga-harga aneka bumbu kini dalam tren menurun, demikian pula harga terlur ayam dan daging ayam ras. Sehingga inflasi dari kelompok pangan, yang mempunyai bobot cukup besar diperkirakan cukup terkendali dan akan berdampak pada terjaganya inflasi secara umum.

Risiko yang masih terus dicermati adalah kenaikan harga minyak internasional, terutama dampaknya terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, dan avtur. Bobot BBM nonsubsidi yang relatif kecil, sehingga dampak terhadap inflasi secara keseluruhan relatif terbatas. Namun bila kenaikan harga minyak internasional berlanjut, dan dibarengi dengan pelemahan nilai tukar yang semakin dalam, pemerintah mewancanakan akan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Kebijakan yang telah diambil pemerintah, namun belum diketahui kapan diimplementasikan adalah penyesuaian tarif bawah tiket pesawat menjadi 35% dari harga tiket tertinggi. Kebijakan ini diambil untuk menyeimbangkan struktur biaya maskapi penerbangan terkait kenaikan harga avtur yang didorong oleh tren kenaikan harga bahan bakar dunia. Bila kebijakan ini diterapkan, terdapat potensi kenaikan inflasi yang lebih tinggi untuk komoditas bensin dan angkutan udara. Kendati demikian, kebijakan ini rencanakan baru diterapkan bila sosialisasi telah dilakukan.

 

Komentar Tentang Berita Laporan Perkembangan Inflasi Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Agustus 2018

Load More
Loading... sedang mengambil data...