Laporan Perkembangan Inflasi Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Oktober 2018
13 December 2018
Pada bulan Oktober 2018 terdapat kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, yang berpengaruh pada angka inflasi di DKI Jakarta. Perkembangan harga-harga tersebut membawa Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm), sama levelnya dengan perkembangan inflasi nasional (0,28% mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 2,35% (ytd) atau 3,10% (yoy).
Memerhatikan kebijakan harga pemerintah terkait komoditas-komoditas yang harganya dikendalikan, serta perkembangan harga-harga, serta pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta, tekanan inflasi pada November 2018 diprakirakan mereda. Di tengah risiko kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi akibat harga minyak internasional yang meningkat, harga bahan makanan diperkirakan tetap terjaga. Sementara itu, selama November 2018 tidak ada momen khusus yang dapat memengaruhi permintaan masyarakat secara signifikan, sehingga tekanan harga dari sisi permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa secara umum relatif dapat terkendali.
Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2018 sesuai dengan sasaran inflasi nasional 3,5% ± 1. TPID Jakarta akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi agar penerapan harga barang dan jasa yang dikendalikan oleh Pemerintah tidak menganggu pencapaian sasaran inflasi secara umum. Stabilitas harga pangan juga akan terus dijaga melalui kesinambungan pasokan di Ibukota.
Grafik 1. Inflasi Agustus Berdasarkan Kelompok Pengeluaran VS Rata-rata 3 tahun sebelumnya
? Secara bulanan, IHK Oktober 2018 mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi. Level tersebut lebih tinggi dari perkiraan awal inflasi sebesar 0,12% (mtm). Inflasi DKI Jakarta pada bulan Oktober 2018 terbesar terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, terutama disumbang oleh harga sewa rumah, bensin dan kontrak rumah. Walau sejalan dengan inflasi nasional (0,28% mtm), angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang mengalami inflasi (0,09% mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 2,35% (ytd).
? Indeks harga kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 0,81% (mtm). Di tengah stabilnya biaya tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga, kenaikan harga sewa rumah serta kontrak rumah menyebabkan biaya tempat tinggal di Jakarta meningkat secara umum. Biaya tempat tinggal, berupa sewa rumah dan kontrak rumah tersebut tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,62% (mtm), menyumbang 0,18% dari seluruh kenaikan indeks harga konsumen (IHK) DKI Jakarta Oktober 2018, sehingga laju inflasi Jakarta meningkat dari prakiraan.
? Inflasi DKI Jakarta turut disumbangkan oleh kenaikan harga bensin nonsubsidi. Walau tarif angkutan udara masih mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kenaikan harga bensin nonsubsidi seperti Pertamax dan Pertamina Dex pada 10 Oktober 2018 menyebabkan subkelompok transpor mengalami inflasi sebesar 0,11% (mtm). Kenaikan ini mengikuti harga minyak internasional yang memiliki tren meningkat sejak awal tahun 2018. Kenaikan tarif toll JORR sejak 29 September 2018 turut mendorong subkelompok sarana dan penunjang transpor naik sebesar 0,31% (mtm).
? Kelompok Sandang dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau juga mengalami inflasi yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 0,38% (mtm) dan 0,30% (mtm). Kenaikan inflasi kelompok Sandang disebabkan meningkatnya harga emas perhiasan, sejalan dengan naiknya harga emas internasional, serta harga seragam sekolah anak. Adapun kenaikan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau lebih disebabkan kenaikan harga mie dan nasi dengan lauk.
? Di tengah berbagai kenaikan tersebut, kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi menjadi penahan laju inflasi lebih lanjut di Ibukota. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,14% (mtm). Bahan pangan seperti beras, telur ayam ras, bawang merah dan melon mengalami penurunan harga, seiring pasokan yang melimpah, yang selanjutnya menyebabkan kelompok bahan makanan mengalami deflasi secara umum. Tiadanya momen khusus selama Oktober 2018 juga turut menjaga permintaan masyarakat akan bahan makanan.
? Pasokan pangan DKI Jakarta selama Oktober 2018 cukup berlimpah. Volume stok beras yang berada di PIBC (Pasar Induk Beras Cipinang) pada minggu keempat Oktober 2018 tercatat sebesar 48.912 ton, meningkat dari akhir bulan sebelumnya (45.199 ton), dan berada jauh di atas batas aman 25.000 ton. Stok daging potong di PD Dharma Jaya pada minggu keempat Oktober 2018 tercatat 61.634 kg, dan stok sapi hidup sebanyak 2.287 ekor sapi. Adapun pasokan sayur-sayuran yang masuk ke DKI Jakarta, terutama pasokan cabai merah dan bawang merah, ke Pasar Induk Kramat Jati masing-masing sebesar 837 ton dan 692 ton. Musim kering yang berkepanjangan tidak menunjukkan dampak negative yang signifikan pada kesinambungan pasokan pangan di DKI Jakarta.
? Ekspektasi inflasi masyarakat masih tetap terjaga. Ekspektasi inflasi masyarakat cenderung terkendali dalam jangka waktu 3 bulan dan 6 bulan kedepan. Terkendalinya ekspektasi mendukung stabilitas inflasi sampai dengan awal triwulan IV 2018. Konsumen menganggap kondisi perekonomian sekarang masih baik, yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang meningkat dan tetap berada pada zona optimis (di atas 100).
? Secara tahunan, inflasi Ibukota tercatat sebesar 3,10% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata 3 tahun sebelumnya (4,32% yoy). Penguatan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD di bidang pangan melalui TPID DKI Jakarta selalu digalakkan untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil pada tahun 2018 dan tahun-tahun selanjutnya. Penguatan peran dan sinergitas ketiga BUMD bidang pangan akan terus didorong oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui berbagai program yang tidak hanya semata-mata mengendalikan harga pangan di DKI Jakarta, namun juga dapat meningkatkan perekonomian bagi daerah pemasoknya. Harga pangan DKI Jakarta yang terkendali akan menjadi barometer pergerakan harga pangan nasional. Saat ini, inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 4,44% (yoy).
? Untuk dapat terus mengawal kinerja inflasi di Provinsi DKI Jakarta, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta terus menguatkan koordinasi antarinstansi, dan berinovasi untuk mengedalikan berbagai gejolak harga yang ada. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan TPID DKI Jakarta pada Oktober 2018 antara lain adalah:
? TPID DKI Jakarta menerima kunjungan studi banding TPID Jawa Tengah dan TPID se-Soloraya terkait peran BUMD dalam menjaga inflasi daerah. Dalam kesempatan ini, TPID DKI Jakarta menjelaskan penguatan peran BUMD pangan dalam pengendalian inflasi melalui efisiensi rantai pasok dari hulu hingga hilir.
? TPID DKI Jakarta melakukan kunjungan kerja ke dinas pertanian Provinsi Banten. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat lahan pertanian dan rumah penggilingan padi yang berada di Cikeusik,Kabupaten Pandeglang, Banten.
? TPID DKI Jakarta melakukan penjajakan kerjasama Sistem Resi Gudang (SRG) dengan pengelola SRG dari Jawa Barat dan Banten. Kerjasama mencakup kerjasama pengelolaan SRG atau standby buyer
beras.
? Rapat koordinasi tim teknis TPID secara mingguan.
? Memerhatikan kebijakan harga pemerintah terkait komoditas-komoditas yang harganya dikendalikan, serta perkembangan harga-harga, serta pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di
Jakarta, tekanan inflasi pada November 2018 diprakirakan mereda. Di tengah risiko kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi akibat harga minyak internasional yang meningkat, harga bahan makanan diperkirakan tetap terjaga. Sementara itu, selama November 2018 tidak ada momen khusus yang dapat memengaruhi permintaan masyarakat secara signifikan. Dengan kondisi ini tekanan harga dari sisi permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa secara umum relatif dapat terjaga.
? Penguatan koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2018 sesuai dengan sasaran inflasi nasional 3,5% ± 1. TPID Jakarta akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi agar penerapan harga barang dan jasa yang dikendalikan oleh Pemerintah tidak menganggu pencapaian sasaran inflasi secara umum. Stabilitas harga pangan juga akan terus dijaga melalui kesinambungan pasokan di Ibukota.
Kirim Komentar

Komentar Tentang Berita Laporan Perkembangan Inflasi Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Oktober 2018